Senin, 19 September 2022

DIAJAK VERA MENYUSURI RUTE DARI PUSEURJAYA KE SMA 5, LEWAT STADION SINGAPERBANGSA, "ITU SMA NYA BUNDA PAK"*

*"Itu SMA nya Bunda Pak"* kata Vera bersemangat *"Sebentar ya Nduk* Jawabku" Aku tertegun memandangi bangunan indah di depanku. Gedung bernuansa biru dengan tiang tembok kontras berwarna merah cerah. Tiga Minggu lalu, saat aktivitas olah raga, secara tidak sengaja aku bertemu dengan seseorang yang mengaku berasal dari Bekasi. Dari ceritanya, kuketahui bahwa dia merupakan alumni *SMA 5 Karawang* Seiring waktu pembicaraan kami, dia bilang sedang mencari teman lamanya. Ciri-ciri yang dia sebutkan, amat mirip dengan rekan kerja di kantorku saat ini. Kata Dia,(orang Bekasi itu) bahwa pertemanan diantara mereka lumayan kental. Karena kehilangan kontaknya, Dia bahkan menyempatkan diri mengunjungi komplek perumahan yang menurutnya, merupakan daerah tempat tinggal rekan SMA nya tersebut. Tempat tsb dia sebutkan sebagai *Perum Pepabri Puseurjaya* Masih ingat yang orang Bekasi itu katakan, bahwa temannya tinggal disana, namun dia lupa tinggal di blok berapa, karena sudah lama sekali hampir 25 tahun berpisah pada 1997, ujarnya. Teman SMA nya, seorang perempuan, yang periang penuh keceriaan dan lumayan rame. *Aku teringat, satu rekan kerjaku berasal dari kota dimana saat ini aku dan Vera berada* Apakah mungkin dia. Kucoba menanyakan ke orang yang mengaku adalah teman SMA rekan kerjaku. Kemudian kami mengobrol, sesekali kusebutkan ciri-ciri fisik dan sifat rekan kerjaku di kantor. Dia terbeliak kaget, *"Betul mas", Pasti dia temanku SMA dulu* Coba mas tanya, apakah rekan kerja mas di kantor itu *lahir pada tanggal 5 April 79* Tiada keraguan aku pun mengangguk mengiyakan. *"Mas boleh gak, saya minta no Hp nya, karena cukup lama saya mencari kontaknya dan belum dapat*" Ku bilang, *"Maaf saya belum yakin, apakah betul rekan kerja saya itu adalah teman SMA anda, lagian saya tidak mungkin memberikan no HP nya, tanpa izin dari rekan kerja saya, mohon maaf* Selanjutnya kujanjikan padanya akan kutanyakan kepada rekan kerja di kantorku. Agar tidak kehilangan kontak, kepada orang itu kuberikan no HP ku. Sebelum kami berpisah, aku sempat berpesan padanya. *Silahkan menghubungi saya beberapa hari lagi, saya akan minta izin ke rekan kerja saya, apakah boleh memberikan no HP nya kepada anda* Orang Bekasi yang mengaku teman SMA rekan kerjaku tersebut mengangguk tanda setuju. *"Pak, kok malah melamun sih"* tanya Vera cemberut, dan seketika membuyarkan lamunanku. *Eh maaf ya Nduk, aku teringat, tiga minggu lalu, ada orang Bekasi yang mengaku dulu teman bundamu saat SMA* *30 Menit sebelumnya* Dari Komplek *Perumahan Pepabri Puseurjaya*, Vera mengajakku menempuh perjalanan dengan motor sekitar 18 menit, menyusuri jalanan dengan jarak sekitar 6.5 km. Kukendarai motor dengan kecepatan sedang. Cuaca yang relatif cerah pada jam tidak terlalu padat, menikmati perjalanan, kami berkendara santai dengan kecepatan 30 km perjam. Kami Start dari *Perum Pepabri Puseurjaya* tepatnya di depan *Oculus Photo* Kami berjalan ke arah Timur, kemudian belok ke kiri menyusuri jalan *Ronggo waluyo*. Sekitar 1.5 Km kemudian kami bertemu bundaran *Taman kota Enggarmanrov* lalu kuambil jalan keluar ketiga menuju jalan *Galuh Mas Raya atau Jalan RSUD* kurang lebih 1 km kemudian ketemu *Aspol, Kantor Pos dan Alun-alun Karawang*. Menyusuri sedikit jalan *Tuparev,* lalu belok kanan melewati *Bakso Pak Kumis* menuju *Jalan Kertabumi* Sekitar 1.3 km kemudian, ketemu bundaran *Balai Desa Karawang* dan kuambil jalan keluar ke-2 menuju *Jalan Arif Rahman Hakim.* Berjalan sekitar 200 meter an, belok kiri, lalu lanjut belok kanan ke jalan *Tohir Mangkudijoyo*. Menempuh jarak hampir 1.5 km, kemudian belok kanan menuju *Jalan Jenderal Ahmad Yani/Jalur Pantura* sejauh sekitar 400 meter, kemudian belok kiri ketemu *Stadion Singaperbangsa* Kami memutuskan rehat sejenak sambil melihat aktivitas orang di Stadion. Saat itulah Vera bilang, *"Itu SMA nya bunda Pak"* Kami berdua lalu menyusuri jalan di stadion, melihat aktivitas olah raga dan melanjutkan langkah menuju selatan ke arah SMA 5 yang katanya adalah SMA bundanya. Kusampaikan pada Vera. Sambil kuserahkan selembar foto aku berkata *"Nduk, Ini orang yang menyampaikan padaku, bahwa dia teman bundamu saat SMA, coba tunjukkan pada bundamu Nduk, mungkin bundamu kenal*"

Kamis, 18 Agustus 2022

VDPR/30-01-2003/01.25 NAMA SAHABATKU "RERE"

(UP), Sebuah film animasi terbaik sepanjang masa (Versi universal). Tokoh film Carl "Pensiunan"& Russell "Penjelajah Hutan", yang mengunjungi Carl demi lencana jasa terakhir "Membantu Orang Tua". Sejak Rilis pertama pada Juli 2009 di Indonesia, Film UP ini sudah mencuri perhatian publik. Tak terkecuali bagi seorang anak perempuan 6.5 tahun, yang begitu menggandrungi tokoh Russell. Tahun 2022, anak perempuan itu, kini sudah tumbuh menjadi seorang Gadis yang ceria dan energik, usianya menginjak 19 th 7 bln. Secara unik, pada penghujung Januari yang lalu, aku menerima cuplikan film dari si Gadis yang memberi judul film, tidak sesuai judul aslinya, (UP), melainkan kombinasi huruf & angka. VDPR/30-01-2003/01.25. kombinasi itu merupakan inisial nama& tanggal, jam kelahiran si Gadis. "Pak, klo lihat film ini, pasti ingat aku" katanya waktu itu. Gadis yang hobi olahraga ini, hampir pada setiap moment, selalu tampil chick, energik& ceria dengan balutan sport dresscode, sepatu biru muda, dan tak lupa Skipping rope warna senada walaupun dibilang lebih gelap/Biru Tua. Sesekali di beberapa tempat dan waktu berbeda, si Gadis bertemu denganku dan menyapa, untuk sekedar bercerita pengalaman barunya. Suka duka sebagai seorang mahasiswi. Suatu ketika, dia juga bercerita panjang lebar tentang salah satu sahabat karibnya. Aku penasaran, dan bertanya, "BTW, kamu sudah banyak cerita, tapi belum menyebutkan siapa nama sahabatmu itu Nduk?" Dengan nada bercanda dia bilang "Namanya Dua-Dua pak". "Walah, malah guyon kamu Nduk". " Eh, bener kok pak, namanya Dua-Dua katanya sekali lagi. Saya bingung donk, baru kali ini denger nama orang termasuk aneh dan cukup unik. "Nama sahabatmu terdengar aneh bagiku Nduk".Sambil tertawa lepas, dia bilang "Pe er pak, klo sudah familiar, kasih tahu aku ya pak. Beberapa Minggu kemudian, saat pertemuan berikutnya denganku, dia bahkan masih sangat mengingat dengan baik dan mengenang kembali manakala dulu, meminta tolong, agar aku mengantarnya ke sebuah panti khusus perempuan. Disana dia menangis sejadi- jadinya karena empati begitu dalam saat melihat penghuni panti. Disela-sela kami ngobrol, Dia bertanya, "Pak masih penasaran gak dengan nama sahabatku, Dua-Dua? Tanyanya sambil nyengir. "Ha.ha..ha, Iya Nduk sudah berapa minggu ya, aku masih merasa aneh mendengar nama itu". Nah kebetulan saat itu, datang pengamen memainkan gitarnya mendekati kami sambil melantunkan sebuah lagu. Sumpah baru kali ini pengamen membawakan lagu seperti itu. Gadis itu langsung tersenyum lebar mendengar lagu yang dimainkan, yang kebetulan juga sangat akrab di telingaku, To The Bone nya Pamungkas, yang termasuk salah satu lagu favorit kami. Setelah lagu selesai, sebagai ucapan terimakasih, kepada pengamen kuserahkan selembar uang berwarna biru. "Gmana Pak, masih penasaran gak nama sahabatku? Padahal kata kuncinya baru saja didepan mata loh". Katanya melanjutkan. "Sik Sik Nduk, berarti berkaitan dengan pengamen ya?" Kugaruk kepalaku yang mendadak gatal, sambil memikirkan jawaban yang tepat. Mendadak kuingat sesuatu. Betapa tololnya aku selama ini, padahal angka bisa jadi merupakan nada-nada kan, "Woalah Nduk, nama sahabatmu itu Dua-Dua, jangan- jangan maksudnya RERE, iya kan" kataku yakin. "Busyet dah ternyata mudah, tapi memang gak nyangka sih" kataku sambil nyengir.."BTW, betul kan Nduk jawabanku". "Yesss, Right Pak, 100 nilainya" Nama sahabatku RERE, katanya sambil tertawa lepas. "Hmm ada-ada saja kamu Nduk buat bingung" To be continued

Sabtu, 09 April 2022

Dejavu.VERA DIAMITA


 

                                                   

Pagi tadi ceritanya lagi gabut mau ngapain, iseng lihat blog ku, ternyata tulisan terakhirku pada 20 Juli  2016, jadi sudah  hampir 6 tahun tidak lihat blog.   Total penayangan halaman 7214,  Karena sedang dapat inspirasi dari pengalaman unik yang  kualami beberapa bulan ini, mendingan buat tulisan deh. waduw ternyata cara masuk blog pun lupa, lupa email apalagi pasword, susah payah kutak katik, tanya anak dapat penjelasan, dan masih belum mudah berhasil login..setelah bekerja keras mengingat email yang kugunakan membuat blog, alhamdulillah akhirnya berhasil donk, sampai teriak kegirangan saking seneng. Bayangkan hampir satu jam hanya mau masuk blog sendiri...hadew. oya BTW blog ku ini murni otodidak ya, jadi ya masih berantakan gitu dashboardnya dan belum menarik sama sekali, hanya buat iseng menuangkan ide menulis saja intinya...langsung ya...ceritanya begini..

Delapan bulan yang lalu, dan masih berlangsung sampai saat ini, sesekali masih muncul pada waktu dan suasana berbeda. Didepan mataku, tergelar papan catur yang sangat luas, dengan banyak bidak, beberapa kuda, Menteri dan Ratu yang harus kuatur langkahnya secara tepat. Sementara itu di seberang papan, terdapat sebuah gedung besar dan di temboknya tertulis angka  300  Dapat kupastikan, bidak caturku mesti kesana. Asma binti Umais, Yogyakarta, Jakarta, dan desa kecil di Magelang, beberapa kali muncul, di papan catur besar dengan huruf tebal Dan makin banyak manusia datang, berebutan saling dorong dan menjatuhkan, dengan satu misi menuju gedung dengan angka 300 nya

waktu itu sangat jelas kemunculannya,seorang gadis dengan raut wajah penuh semangat, namun tidak dapat menyembunyikan rasa khawatir dengan kesedihan yang jelas tergambar di raut wajahnya. Dia mendatangiku sembari menangis sambil memperkenalkan dirinya.

Dengan balutan busana khas muslimah, dia bermaksud mengharapkan bantuan dari ku, untuk mengantar ke sebuah desa di wilayah Magelang. Sepedaku, ku tinggalkan begitu saja dan dengan niat membantunya, kuantarkan dia berboncengan mengendarai motornya. Kami pun langsung akrab karena gadis itu sejatinya periang dan bersemangat.

Dalam perjalanan, dia banyak bercerita, ada keinginan kuat dan semangat yang menggebu, salah satu yang paling kuingat adalah  "Pak saya ingin sekali ke Jakarta". "Mau ngapain kesana Nduk?". "Saya tidak tahu pasti disana ada apa dan mau ngapain pak, tapi sangat ingin kesana."

Singkat cerita,  kami tiba di sebuah Desa di Magelang.

Kami mendatangi sebuah Panti asuhan khusus perempuan. Dia menangis sejadi- jadinya, terharu teramat dalam dan menyatakan kesedihan serta empati yang begitu besar ditujukan kepada penghuni panti. Sekelebat kemudian kami sudah kembali ke sebuah lapangan dimana ku tinggalkan sepeda. Lalu dia pun berpamitan untuk pulang.

Sejenak ku merenung dan tahu apa yang akan ku kerjakan. Bidak mana yang harus kumainkan, karena memang jalannya demikian gamblang di depan mata.

Sesungguhnya, menarik jiwa awam kedalam pusaran  momentum gelombang energi, yang tak mudah dimaknai dengan akal, merupakan suatu keniscayaan yang rumit,

Karena memang banyak hal ghaib yang tidak kita ketahui. Nanti siang ada apa kita tidak tahu itulah ghaib, nanti dagangan laku berapa, kita tidak tahu itu juga ghaib

Dengan energiku, disertai respon tepat yang diperlukan, keniscayaan rumit itu dapat  diarahkan dengan simple untuk sampai pada ending manis

Gedung dengan angka 300 di seberang papan catur, semakin samar dan lambat laun berkurang jumlahnya, seiring dengan banyak orang yang sudah masuk kedalamnya. Sementara itu makin banyak berdatangan manusia dengan beragam keperluan, tetap saling dorong menjatuhkan dengan bidak catur masing-masing. Sementara, aku masih berada di tepian dekat. Namun hampir dapat kupastikan, akan tiba pada saatnya meraih tempat dimana angka itu berada dan diperebutkan Desa kecil di Magelang, Yogyakarta, Jakarta dan Asma binti Umais silih berganti muncul di seberang papan catur, hanya dengan perlu Fokus serta langkah serius yang tepat, akan ditemukan jawabannya. Sesekali gadis itu menghampiriku, sekedar menyapa dan kemudian pamit lagi. Tidak banyak yang kami bicarakan. Namun pancaran matanya penuh harap.

Sejatinya lebih mudah dikomunikasikan dalam suasana yang tenang,  agar mengena, namun  sikon belum memungkinkan  melakukan itu, bahkan melalui sarana komunikasi yang ada sekalipun.

Sebuah keniscayaan untuk merangkai simpul-simpul yang mungkin mulai tercerai berai karena minimnya informasi dan respon yang dibutuhkan cenderung dikaburkan karena suasana batin empunya yang ada saat ini demikian membuncah dan sedang menimbang percaya/tidak percaya, dan masih terdapat keraguan disana.

Berikutnya Bidak catur mengajak melakukan sebuah amalan, mengajak sholat pada waktu tertentu, apa yang harus diperbuat di panti khusus perempuan di sebuah desa yang belum kusebutkan pendek kata semua informasi, bukan kebetulan  semua merupakan langkah Bidak dalam papan catur besar yang sedang dimainkan.

Saat berkenalan, Gadis itu menyebutkan namanya dengan jelas VERA DIAMITA  dan saya yakin bahwa itu bukan nama lengkapnya. "Nduk, nama lengkapmu dibelakang apakah singkatan yang terdiri dari dua huruf mati/konsonan?" Dia mengangguk mengiyakan.

Dan saya tahu dua huruf apa itu

Kuyakini seratus persen tanpa keraguan, ada kaitan kuat, mengapa kutulis ceritaku di sini, dan apa hubungannya Gadis dalam cerita ini. Karena ini bukan kali pertama kualami. Pasti ada sesuatu yang sedang dan akan terjadi melalui campur tanganku. Ada banyak cerita tidak masuk akal namun terjadi begitu saja, bagi sebagian besar orang mustahil, namun kalimat yang meluncur dari mulut ku sudah banyak yang terbukti.

Langkah berikutnya, aku adalah Menteri di papan catur akan memainkan peran,  Hanya dibutuhkan  langkah kecil yang sederhana dari respon yang sesuai dari si empunya, sudah cukup memperkuat energi, dan membantu mengurai keadaan yang dibutuhkan dengan tepat

Aku belum bisa memastikan, apakah Gadis itu mau melewatkan kesempatan emas, dengan membuang energi  sia-sia, atau memanfaatkan informasi ini? melanjutkan langkah merajut asa yang sudah gamblang didepan mata.

Wallahu alam bi showab
Wallahu a'lam bish-shawabi ( والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ ) “dan Allah lebih tahu yang sebenarnya”.

ya, sekelumit cerita itu yang baru-baru ini bergayut dibenakku.